Jumat, 20 Januari 2012

Ketika Rasa Syukur Itu Ada


Sering terbersit dalam pikiran, tatkala melihat rumah-rumah yang layak, ingin memilikinya. Rumah milik sendiri dimana akan terasa jauh lebih nyaman dibanding kontrakan pastinya. Toh, ketika berada di kontrakan, kita merasa sangat nyaman dan mampu beradaptasi dengan segala keterbatasan yang ada. Jika tak di dunia, mudah-mudahan akan mendapatkan tempat istimewa kelak di akhirat.
Juga saat harus bersusah payah berjalan kaki, bersabar menunggu angkutan umum yang datangnya tak bisa diduga. Dalam keadaan seperti itu kita merasa enjoy, kita harus bisa belajar kesabaran yang lebih saat menunggu bus, saat merasakan ketidaknyaman di dalam angkutan dan sebagainya. Dari sisi lain, kita mampu mengamati kehidupan yang berbeda manakala berada di jalan atau di dalam angkutan umum. Terlalu banyak hikmah yang bisa diambil. Dalam balutan kesederhanaan.
Bukan tak mampu untuk membeli semua kemewahan yang akan membuat nyaman atau memudahkan aktifitas saya. Sebagai manusia, saya pun memiliki iri. Namun rasa itu hanya menjadi sebuah bisikan yang tak pernah saya hiraukan. Manakala memang butuh barang tersebut, maka saya akan membelinya. Kebutuhan yang menjadi prioritas utama saya bukan keinginan.
Saya selalu berusaha merasa kaya, saya selalu berusaha merasa cukup. Meskipun kemewahan lalu lalang di hadapan saya dan rasa iri kadang menghinggapi. Alhamdulillah, segala puji hanya untuk Allah Rabb semesta alam. Semoga perasaan qana’ah (merasa cukup dengan rizki yang Allah berikan) selalu hadir dalam hati kita sebagai hambaNya. Allah yang Maha Baik, yang kita inginkan ketika kita ingat kepada Allah seolah itu sudah cukup. Tak ada yang lain. Allahlah penggenggam manusia hati manusia, Yang Maha Membolakbalikkan Hati Manusia. Tetapkan hati kami selalu dalam ketaatan padaMu. Aamiin.
Mukjizat syukur, dimana kata tersebut mampu melebihi segala kemewahan yang terdapat di muka bumi. Tak mudah mengucap syukur, manakala saat kita berada lebih sulit dibanding orang lain. Hakikatnya, sebagai manusia kita akan merasa ingin seperti dia tapi kenyataannya kita belum mampu. Dengan perlahan belajar untuk selalu bersyukur dengan apa yang Allah berikan, akan menjadikan hati kita selalu tersenyum dengan apa yang ditetapkanNya.
Tak perlu kita selalu menatap ke atas, melihat orang lain yang jauh lebih beruntung dari kita, karena hal itu akan membuat kita selalu merasa kurang dan kurang. Padahal syukur itu adalah selalu berusaha merasa kaya bahkan dalam kondisi yang kurang sekalipun. Sering-sering menatap kebawah, memperhatikan kehidupan jalanan atau yang kurang mampu, karena disana jika kita memiliki kepekaan hati maka secara otomatis kita akan bersyukur memiliki kehidupan yang lebih baik dibanding mereka. Rasa syukur yang dominan akan menggeser keluh kesah yang fitrah dimiliki manusia. Bersandarlah hanya kepada Allah.
Paling tidak, bukan dari banyaknya harta yang Allah lihat dari seorang hamba, melainkan ketaatannya. Dan semoga dengan kesederhanaan tak membuat kita merasa rendah diri, terlebih menyalahkan takdir. Karena harta adalah warna warni dunia yang menyilaukan. Manakala manusia ingin memiliki harta, maka itu adalah hawa nafsunya yang berkata, bahkan saat dia merasa ingin dan ingin lagi menambah hartanya itu.
Harta dunia hanya titipan, tak perlu ada rasa iri akannya. Kemegahan akan melalaikan kita dari mengingatNya. Belajarlah untuk belajar hidup sederhana bahkan susah, dengan demikian kita akan lebih menghargai apa yang kita miliki. Harta yang banyak tak menjamin seseorang hidup tenang tanpa merasa gelisah. Rasa takut kehilangan harta akan selalu menghantuinya. Tapi jika hati yang kaya, siapapun tak akan mampu mencurinya. Kuncinya hanya dengan bersyukur.

semoga bermanfaat ...
silahkan diSHARE, jika baik untuk dibagikan ....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar