Kadang kita menjadi
lemah karena musibah yang menimpa kita. Bahkan, sudah tidak aneh juga kadang kita
bisa kehilangan akal sehatnya lantaran mengalami tekanan akibat musibah. Beban
hidup yang terlalu berat dapat mengakibatkan tekanan batin yang hebat. Dalam
ilmu psikologi, disebut depresi. Tapi bagaimana kita bisa membatasi kesulitan
dengan menghadapi kenyataan dan bersiap menerimanya. Sebab, semakin kita larut
dalam kesedihan, maka kita bisa kehilangan kontrol dan menjadi seperti orang sakit jiwa.
Diceritakan tatkala
anak-anak Nabi Ya'qub alaihissalam, datang menemui beliau sambil berpura-pura
nangis karena kehilangan puteranya, Yusuf Alaihi salam, yang dikatakkan mati
dimakan serigala. Nabi Ya'qub tidak mempercayai apa yang dikatakan anak-anaknya
itu, dan ia mengeluarkan kalimat yang diabadikan dalam Al-Qur`an,
"Kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Dan Allah sajalah yang dimohon
pertolongannya terhadap apa yang kamu ceritakan." (QS. Yusuf : 83)
Nabi Ya'qubpun tetap
menanti kembalinya Yusuf yang hilang antara hidup dan mati. Haripun berlalu,
masapun bertukar. Tapi ia tak kunjung putus harapan. Sebagaimana ucapannya yang
juga disebutkan dalam al-Quran: "Kesabaran yang baik itulah (kesabaranku).
Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka semuanya kepadaku, sesungguhnya Dialah
yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS. Yusuf : 83)
Ternyata, musibah itu
telah menambah kebaikan yang sangat besar pada diri Nabi Ya'qub as.
Ada analogi yang baik
kita renungkan. "Seorang pekerja pada proyek bangunan memanjat ke atas
tembok yang sangat tinggi. Pada suatu saat ia harus menyampaikan pesan penting
kepada teman kerjanya yang ada di bawahnya. Pekerja itu berteriak-teriak tetapi
temannya tdk bisa mendengarnya karena suara bising dari mesin-mesin dan
orang-orang yang bekerja, sehingga usahanya sia-sia saja. Oleh karena itu untuk
menarik perhatian orang yang ada dibawahnya, ia mencoba melemparkan uang logam
di depan temannya. Temannya berhenti bekerja, mengambil uang itu lalu bekerja
kembali.
Pekerja itu mencoba
lagi, tetapi usahanya yang keduapun memperoleh hasil yg sama. Tiba-tiba ia
mendapat ide. Ia mengambil batu kecil lalu melemparkannya ke arah org itu. Batu
itu tepat mengenai kepala temannya, dan karena merasa sakit temannya menengadah
ke atas. Sekarang pekerja itu dapat menjatuhkan catatan yg berisi pesannya.
Tuhan kadang-kadang menggunakan pengalaman-pengalaman yang menyakitkan untuk
membuat kita menengadah kepada-Nya, Seringkali Tuhan memberi berkah, tetapi itu
tidak cukup untuk membuat kita menengadah kepada-Nya. Karena itu memang lebih
tepat jika Tuhan menjatuhkan "batu" kepada kita."
Karena itu,
bersyukurlah bila masih diuji...
[eramuslim:12juni2012:oaseiman]
Semoga bermanfaat …
Tidak ada komentar:
Posting Komentar