Hidup ini
sangat rumit, karenanya berpijak pada satu pegangan, menggantungkan diri pada
Sang Pencipta adalah sebuah keniscayaan yang harus diambil untuk memperoleh
kebahagiaan. Ah, padahal kebahagiaan itu sendiri adalah saat kita memang
benar-benar dekat pada-Nya, pada Sang Pemula segalanya, pada tempat kembali
kita. Maka hidup ini tak lain adalah berjalan dalam bimbingan dan petunjukNya,
atau tak ada tempat sama sekali kecuali kesulitan.
Maka
mengingat Allah menjadi hal yang harus dipilih dan dilakukan. Mengingat dalam
arti sesungguhnya, memaknai, menghadirkan dalam segala kondisi pemikiran.
Itulah makna dzikrullah. Dan bukankah hanya dengan itu hidup menjadi lebih
tenang, hati menjadi tenteram.
Pada
kondisi kerumitan itu, kita melihat diri kita memiliki sesuatu, atau beberapa,
yang diberikan. Yang telah ada pada diri kita.
Apa gunanya ...?
Apa fungsinya ...?
Itu yang seharusnya kita gali,
inilah makna menggali potensi diri. Kemudian mengembangkannya. Untuk suatu
tujuan yang juga berakar pada Sang Pemula Segala dan tempat kembali selamanya,
yaitu ibadah kepada Allah.
Maka
memang sudah keharusan bahwa hidup ini rumit, sehingga kita harus
menggantungkannya pada Sang Maha Pemilik Segala. Dan sudah seharusnya bahwa
kita memiliki sesuatu dalam hidup, yang diberi, yang menjadi bawaan, ini bisa
terus kita kembangkan untuk melakukan proses memberi. Diberi kemudian memberi,
ah pantaskah kita menginginkan semua dalam hidup ini? Sangat picik…
Lebih baik
memberi, karena tidak ada yang akan kita bawa pulang kecuali apa yang sudah kita
berikan. Makna hidup adalah mencari sebanyak-banyaknya hal yang bisa kita
berikan untuk mendapatkan ridho Allah. Mencari terus perhatianNya, dengan
amal-amal, dengan perbuatan, bukan dengan meratapi diri dan berangan-angan.
Mari kita songsong hari esok. Ah, betapa indahnya kalimat ini.
Selamat datang
1433 Hijriyah...
semoga bermanfaat ...
silahkan diSHARE, jika baik untuk dibagikan ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar